Penurunan status Gunung Agung dari status awas/level IV menjadi status siaga/level III yang telah diumumkan pada hari minggu, 29 Oktober 2017 tidak disia-siakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB memanfaatkan momentum tersebut untuk meningkatkan kapasitas warga di kawasan rawan bencana (KRB) melalui Wajib Latih Kesiapsiagaan Masyarakat (WLKM). Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPB bekerjasama dengan Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta bersama para fasilitator dari Perkumpulan KAPPALA Indinesia, PASAG Merapi, JANGKAR Kelud dan KOBAR Bromo-Semeru. WLKM dilakukan dalam 2 tahap yang mencakup 16 desa di dalam KRB dan berlangsung selama kurun waktu 6 – 16 november 2017.
Terhadap agenda tersebut, I Wayan Gendo Suardana selaku Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sekaligus Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) menyatakan bahwa organisasinya mendukung penuh program BNPB tersebut. Dalam lawatannya ke Pos Pendamping Nasional (Pospenas) Tanah Ampo Karangasem pada 12 November 2017, Gendo menyatakan, “saya menyambut baik agenda ini karena akan membangun kesadaran warga dalam menghadapi bencana. Secara organisasi, kami turut berpartisipasi dengan mengirimkan tim guna membantu kesuksesan agenda tersebut. Ini bentuk kepedulian kami dalam masalah-masalah kebencanaan baik dalam persoalan bencana alam maupun bencana ekologi”, ujarnya.
Di dalam proses tersebut, WALHI melalui WALHI Bali terlibat penuh sejak awal di dalam mentoring WLKM sebagai fasilitator pendamping dalam turun ke desa-desa di KRB. Di dalam keterlibatannya sebagai fasilitator pendamping, WALHI Bali juga melibatkan ForBALI dan juga basis penolak reklamasi Teluk Benoa, diantaranya adalah Forum Pemuda Karangasem dan ForBALI Klungkung.
Suriadi Darmoko, Direktur Eksekutif WALHI Bali menjelaskan keterlibatan WALHI Bali di dalam kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak awal. “Sebagai pendamping fasilitator, kami sudah terlibat di dalam program ini sejak saat pembekalan dari pakar kebencanaan, Eko Teguh Paripurno kepada para fasilitator substansi sampai pelaksanaan program ini di desa-desa yang masuk ke dalam kawasan rawan bencana” ungkap Suriadi.
Suriadi menjelaskan, keterlibatan WALHI Bali dalam program siap siaga bencana ini untuk membantu memudahkan proses belajar bersama antara Warga yang berasal dari Merapi, Kelud dan Bromo-Semeru. “WALHI bersama ForBALI selain harus berjibaku untuk menolak reklamasi Teluk Benoa, kami meluangkan waktu untuk membantu mensukseskan kegiatan ini. Bagi kami, proses belajar dan tukar pengalaman ini sangat penting karena kita sendiri di Bali minim pengalaman dalam menghadapi potensi bencana alam dari gunungapi. Dari program ini, kita semua bisa belajar untuk siap siaga menghadapi bencana tersebut”, ujarnya
Sementara itu, menurut Eko Teguh Paripurno, Koordinator Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta, WLKM penting dilakukan guna meningkatkan kapasitas warga di KRB gunungapi “Warga di KRB Gunung Agung perlu mengejar ketertinggalannya dalam kesiapsiagaan yang dipersyaratkan dalam Kepmen ESDM dan SNI Kesiapsiagaan masyarakat” Ujarnya, pada saat pembekalan kepada para fasilitator dan fasilitator pendamping di Pospenas Tanah Ampo, Karangasem, 6 November 2017.
Menurut Pakar Kebencanaan yang juga Tim Ahli ForBALI tersebut, meningkatkan kesiapsiagaan warga di KRB G. Agung sangat penting agar warga dapat beradaptasi terhadap perubahan status gunungapi. “Salah satu tujuan utamanya adalah agar warga dapat melakukan evakuasi mandiri untuk perlindungan aset ke tempat aman. Sehingga pada saat mereka harus mengungsi, mereka sudah tahu kapan, bagaimana dan ke mana harus mengungsi,” ujarnya.