Denpasar (Bali Post) –
Sedikitnya sepuluh organisasi yang tergabung dalam koalisi untuk selamatkan bumi, Rabu (24/2) kemarin menggelar aksi demo di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Renon. Sepuluh organisasi itu, di antaranya WALHI, SAWA, PBHI, YLBHI, Manikaya, KAUCI, Solidaritas Kita, Frontier, FMN, LMND, serta Rumah Hijau menyerukan saatnya pemerintah untuk menghentikan basa-basi politik dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Sejumlah aktivis dalam orasinya meminta para pejabat publik untuk bertindak benar menyelamatkan dunia ini. Kegiatan Spesial Session of The UNEP Governing Council/Global Ministerial Environment Forum (GC-UNEP) ke-11 yang berlangsung di Nusa Dua Bali mulai tanggal 22 s.d. 26 Februari 2010, jangan dijadikan ajang untuk menjalin basa-basi politik dan perundingan yang mengarah pada neo-liberalisme.
Mereka juga menilai acara tersebut merupakan pemalsuan atau kamuflase saja, untuk menjual sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia terutama aset laut kepada negara kapitalis.
Koordinator aksi Wayan Suardana alias Gendo mengatakan, Indonesia di acara GC-UNEP tersebut harus membebaskan diri dari basa-basi perundingan, politik yang didominasi para pendukung neo-Liberalisme. Disebutkan, miliaran penduduk bumi menanti langkah kongkret negara, melalui para menteri lingkungan hidup sedunia untuk membuat kesepakatan politik yang lebih nyata dan operasional untuk membalikkan krisis ekologis dan krisis iklim setelah perundingan di banyak forum internasional gagal mengatasinya, termasuk kegagalan pada perundingan di Kopenhagen.
Dalam aksinya kemarin, sedikitnya ada tujuh pernyataan sikap yang disampaikan, antara lain memberi makna yang benar dan mendasar terhadap ekonomi hijau (green economic), karena kencenderungan yang terjadi saat ini merupakan label hijau yang hendak diberikan pada ekonomi neoliberal. ”Tentunya dianggap telah terbukti gagal menjamin keselamatan hidup kolektif penduduk dunia. Mereka menilai ekonomi neoliberal menjadi pemicu krisis sosio ekologis yang semakin kritis. Memaknai yang benar terhadap ekonomi hijau sebagai suatu usaha yang sungguh-sungguh dan sistematis untuk membalikkan krisis global yang berlangsung serta mengakhiri rezim ekonomi neoliberal yang hanya menguntungkan segelintir saja. Khusus untuk Indonesia sudah saatnya menghentikan gaya diplomasi pengemis,” sebutnya.
Pihaknya juga mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan praktik peracunan warga negara lewat pelarangan penggunaan herbisida dan pestisida yang tiap tahun mengalami peningkatan secaa signifikan dan berisiko tinggi baik di perkebunan besar kelapa sawit maupun di pertanian tanaman pangan. Menariknya, aksi kemarin, juga diadakan aksi penangkapan babi yang dicat berwarna hijau dan biru. Di mana yang hijau melambangkan kegiatan GC-UNEP yang mencemarkan udara di bumi yang berwarna biru. (kmb12)
disunting dari : http://balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=30765